Jumat, 13 Mei 2011

PANTANG MALU MENGGUNAKAN BAHASA JAWA

Kendal merupakan kota di pesisir utara pulau Jawa. di wilayah ini, sebagian masyarakatnya menggunakan bahasa Jawa dalam berkomunikasi. Namun karena perkembangan zaman penggunaan bahasa Jawa di Kabupaten Kendal sedikit demi sedikit sudah mulai luntur terutama di kalangan remaja. Banyak remaja Kendal kadang mulai malu untuk menggunakan bahasa Jawa dalam berkomunikasi sehari-hari. Para remaja cenderung menggunakan bahasa Indonesia, bahasa gaul/alay/lebay dan kadang bahasa Inggris dengan proken sakkarepe dhewe, hasilnya banyak remaja saat ini mengaku malu ketika menggunakan bahasa Jawa. Bahkan semenjak kecil anak-anak sudah dibiasakan menggunakan bahasa Indonesia oleh orang tuanya daripada menggunakan bahasa Jawa yang nota bene adalah bahasa ibu sendiri. Dengan lunturnya penggunaan bahasa Jawa di kalangan remaja, hal yang sangat memprihatinkan sebagian besar remaja Kendal adalah tidak dapatnya menggunakan bahasa Jawa, sehingga timbul suatu peribahasa Wong Jawa ilang Jawane, yang dapat diartikan kurang lebih orang Jawa tetapi tidak dapat menggunakan bahasa Jawa.
Kenyataan tersebut sangat bertolak belakang dengan lingkungan sebuah kabupaten yang notabene masih jauh dari peradaban modern. Banyak pengaruh yang datang ke Kendal dalam bentuk ilmu pengetahuan di bidang teknologi komunikasi dan lain sebagainya atau biasa disebut globalisasi, akan tetapi para remaja saat ini sudah terlanjur sering menggunakan bahasa asing dan bahasa gaul di lingkungannya ketimbang menggunakan bahasa Jawa. Apakah suatu saat nanti kita sebagai orang Jawa akan belajar bahasa Jawa pada orang asing? Hal ini perlu kita waspadai dan mendapatkan perhatian. Sebenarnya hal apa yang menyebabkan lunturnya penggunaan bahasa Jawa di kalangan remaja?
Masyarakat Jawa yang pada zaman dahulu menggunakan bahasa Jawa sebagai komunikasi sehari-hari, dengan adanya Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 36 yang berbunyi bahasa negara adalah bahasa Indonesia, kebanyakan masyarakat mulai meninggalkan bahasa daerah dalam berkomunikasi. Hal ini berdampak juga pada penggunaan bahasa Jawa di lingkungan masyarakat. Manfaat bahasa Jawa sekarang ini sebagai sarana konservator/pelestarian dari bahasa Jawa yang merupakan salah satu macam budaya daerah. Hal inilah yang akhirnya menjadi salah satu pemicu lunturnya penggunaan bahasa Jawa di lingkungan remaja.
`Dari berbagai buku dan penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa ada beberapa faktor yang menjadi penyebab lunturnya penggunaan bahasa Jawa di kalangan remaja. Faktor-faktor tersebut antara lain:
Pertama, faktor remaja itu sendiri. Dari hasil wawancara tulis dan isian angket penelitian ternyata 90 persen remaja malu menggunakan bahasa Jawa dalam percakapan sehari-hari dengan alasan bahasa Jawa merupakan bahasa yang sudah ketinggalan zaman, tidak gaul, sulit, tidak tahu artinya dan juga membingungkan, apalagi untuk membaca atau menulis aksara Jawa.
Kedua, faktor Keluarga. Berdasarkan hasil sampel dari suatu penelitian 50 persen penyebab pendangkalan Bahasa Jawa dari dalam keluarga. Sejak awal memang tidak dikenalkan menggunakan bahasa Jawa, di lingkungan keluarganya, karena dalam percakapan sehari-hari tidak menggunakan bahasa Jawa tetapi menggunakan bahasa Indonesia.
Faktor ketiga adalah sekolah. Berdasarkan hasil data dari musyawarah guru mata pelajaran Bahasa Jawa, alokasi jumlah jam pelajaran bahasa Jawa baik di SD, SMP dan SMA hanya dua jam. Padahal materi muatan bahasa Jawa sama seperti muatan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Bahkan ada beberapa sekolah yang tidak mengajarkan pendidikan bahasa Jawa, di tingkatan tertentu di Sekolahnya, misalnya kelas XII hanya diberi alokasi waktu 45 menit atau satu jam saja.
Keempat, faktor pemerintah. Dari pengamatan yang ada dapat ditahui bahwa salah satu penyebab lunturnya penggunaan bahasa Jawa di kalangan remaja disebabkan karena pemerintah dan minimal sekolah-sekolah atau pihak terkait pada masa lalu dan sampai sekarang tidak begitu memperhatikan kegiatan yang mengarah pada pelestarian bahasa Jawa. dalam hal ini, yan ada hanya diskusi tentang pengembalian bahasa Jawa dan nguri – uri kabudayan Jawi, akan tetapi action yang tepat di lapangan belum tersentuh sama sekali. Penulis mempunyai ide dan gagasan bahwasannya ketika Pemda Kendal sering mengadakan festival dalam bentuk lomba maupun acara yang bertemakan kebudayaan Jawa yang rutin, pastinya akan sangat membantu sekali dalam pelestarian budaya Jawa secara sesungguhnya.
Akan tetapi menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi warga masyarakat Kendal akhir akhir ini, dalam upaya melestarikan kebudayaan Jawa dan khususnya dalam rangka hari jadi kabupaten Kendal yang ke ……, pemerintah Kabupaten yang dalam hal ini di pimpin oleh ibu dr. Widya Kandi S sebagai bupati Kendal mengadakan berbagai macam lomba dan kegiatan yang bertemakan budaya Jawa ( lomba feashion batik, dalang cilik, macapat, karawitan dll ) ini merupakan langkah awal yang baik menuju jalan melestarikan kebudayaan Jawa dan nilai luhur bangsa.
Sejatinya dalam bahasa Jawa tercermin adanya norma-norma susila, tata krama, menghargai siapa yang lebih muda dan menghormati siapa yang lebih tua. Kita sering menggunakan bahasa Jawa dalam berkomunikasi sehari-hari, tetapi sering lupa bahwa terdapat tingkat tutur pengguna bahasa Jawa yang dikenal sebagai penerapan unggah-ungguh.
Dampak negatif dari adanya lunturnya penggunaan bahasa Jawa di kalangan remaja Kendal mulai kita rasakan. Banyak remaja yang tidak tahu penerapan sopan santun kepada mereka yang sudah tua, atau yang seharusnya dihormati. Hal yang lebih memalukan, bila mereka menggunakan bahasa Jawa krama hanya untuk dirinya sendiri, misal kula dhahar rumiyin nggih, kula dak siram rumiyin dll.
Ada tiga prinsip dasar yang dapat diyakini mampu membangkitkan kembali penggunaan bahasa Jawa sebagai salah satu budaya dasar orang Jawa, agar para remajanya tidak mengalami lunturnya penggunaan bahasa Jawa :
Pertama, terletak pada diri remaja. Remaja saat ini seharusnya mengupayakan untuk mencegah lunturnya penggunaan bahasa Jawa dengan menanamkan rasa cinta untuk memiliki bahasa Jawa, merasa bertanggung jawab melestarikan bahasa Jawa, menggunakan bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari, menguasai dan menerapkan bahasa Jawa dengan baik dan benar dan mengembangkan bahasa Jawa melalui berbagai kegiatan lomba.
Kedua, setiap keluarga berupaya untuk mencegah pendangkalan bahasa Jawa dengan cara menanamkan sejak dini agar anak menggunakan bahasa Jawa, membiasakan diri dalam menggunakan bahasa Jawa sebagai alat komunikasi di keluarga dan memberikan arti penting penggunaan bahasa Jawa dalam menerapkan pendidikan budi pekerti.
Ketiga, Pemerintah berupaya untuk mencegah lunturnya penggunaan bahasa Jawa dengan cara mengadakan evaluasi pada semua instansi apakah penggunaan bahasa Jawa pada hari Kamis telah dilakukan, mengadakan berbagai lomba yang berkaitan dengan pelestarian bahasa Jawa, mewajibkan setiap sekolah untuk mengajarkan bahasa Jawa dengan alokasi waktu dua jam pelajaran setiap minggu yang diampu oleh guru yang berijazah bahasa Jawa, dan mendirikan lembaga perkembangan dan penelitian bahasa Jawa di Kendal.
Melalui berbagai terobosan tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya lunturnya penggunaan bahasa Jawa di lingkungan remaja Kabupaten Kendal.
Oleh karena itu mari kita mulai dari diri kita sendiri untuk tetap melestarikan kebudayaan Jawa, minimal dengan selalu menggunakan bahasa Jawa yang baik dan tidak lupa selalu bertindak sesuai dengan tata krama/sopan santun yang sesuai. Jadi mari kita buktikan bahwa kita pantang malu menggunakan bahasa Jawa …. Nggih